A Miracle of Hana: Dunia untuk Ran

by - Jumat, Januari 04, 2013


Dunia Untuk Ran *2

Terlihat Ran dan Tata berjalan menuju pintu pagar sekolah saat setelah bel pulang mengudara sekitar 15 menit yang lalu.
Ta, kamu pulang bareng siapa sekarang? Aku ikut, boleh?” Ran membujuk Tata, namunu bujukan itu tidak tepat pada waktunya.
“Maaf Ran. Aku pulang di jemput Zaky.
“Aku sama siapa?
“Aku ngga tahu Ran.” Tata melihat ke arah Zaky di seberang jalan. “Ran, aku pulang dulu ya. dadah…” Tata lalu pulang.
Ran berdiri sendiri di pinggir jalan. Disaat yang beramaan, di seberang jalan terlihat pemuda yang nampaknya sedang mengintai sesuatu. Entah apa yang dintainya. Apakah Ran yang sedang dia intai? Kalau memang benar Ran, pasti hanya Yoga yang berani mengintai
Yoga menghampiri Ran dengan menaiki sepeda motornya. “Hai Ran, belum pulang?
“Iya, Tata udah pulang duluan. Jadi, aku ngga tahu harus pulang bagaimana.” Jawab Ran denan suara rendah dan kepala menunduk.
“Pulang bareng aku, mau nggak?

Sontak Ran langsung mengangkat kepalanya. “Boleh. Tapi, Ran merepotkan tidak?
Yoga hanya tersenyum. “Ya nggak lah. Ayo naik!
“Makasih ya.” Senyuman juga melebar di wajah Ran.
Selama perjalanan memang Ran dan Yoga tidak saling berbicara meski hanya sepatah dua patah kata. Mereka lebih memilih diam sampai akhirnya tiba di halaman rumah Ran.
“Aku ngga tahu harus bagaimana. Karena kalau ngga ada kamu, mungkin aku belum sampai di rumah.” Ran berkata pada Yoga setelah turun dari sepeda motor.
“Aku enang kok mengantar kamu pulan, Ran.” Lagi-lagi Yoga tersenyum.
“Kalau begitu, aku mauk dulu ya. Hati-hati di jalan ya, Yoga.” Ran membala senyuman Yoga sambil melangkah memasuki rumah.
Saat memasuki pintu utama, rupanya orang tua Ran sedang ada tamu. Lak-laki dan perempuan. Dan ternyata mereka berdua adalah sahabat lama orang tua Ran. Ran hanya teru melangkah menuju kamarnya tanpa menghiraukan di ruang tamunya sedang ada orang tidak dia kenal.
Ran sayang… bunda memanggil Ran. “Kesini sebentar, nak
“Ada apa bun?” Ran pun duduk dekat bundanya.
Ran, kenalkan. Mereka teman lama bunda dan ayah. Om Ray dan tante Marcia. Ayah dan bunda berencana mau menjodohkan Ran dengan anak om Ray. Namanya Gara.” Ayah Ran menambah.
Ran langsunng ternganga mendengar perkataan ayahnya “Ayah… jodoh jodohan yah? Gara? Ran nggak kenal ayah. Yah, ayah…” Ran mengekuh pada ayahnya. “Pokoknya Ran ngga setuju. Ran bisa cari pasangan hidup Ran sendiri.” Ran berdiri lalu berlari kencang menuju kamarnya.
Melihat perlakuan Ran, bunda sangat marah dan lalu berteiak. “Ran, jaga sikapmu!”
Di dalam kamarnya, Ran tak hanya sekedar mengganti pakaian. Mulutnya terus saja menggerutu. Ucapnya, kenapa harus ada perjodohan? Kata kata itu terus  keluar dari mulutnya sampai akhirnya Ran selesai mengganti pakaian. Dia mengenakan celana jeans dan kaos warna pink tua. Kerudung warna abu-abu juga dia lilitkan di kepalanya. Setelah selesai Ran berganti pakaian, Ran pun menuju ke ruang tamu lagi.
“Bun, Ran pegi ya.” Ran meminta izin pada bundanya dengan nada tidak sopan dengan kaki yang terus melangkah menuju garasi.
“Loh, Ran mau kemana?” Bunda hanya berteriak dari tempat duduknya.
Ran tetap berlari ke garasi tempat motornya di pajang tanpa menghiraukan bundanya berteriak.

***

Di bilik makanan ringan dan cokelat mini market, seorang laki-laki yang terlihat berumur 25 tahun sedang memilih apa yang sebenarnya dia ingin beli. Dia membawa keranjang belanja yang masih kosong. Dia mencari sesuatu untuk diberikan pada seorang wanita yang akan ditemuinya sebentar lagi.
Saat dia sedang ayik memilih makanan ringan, seorang wanita membentur tubuhnya.
“Maaf. Maaf. Aku ngga sengaja.” Wanita itu spontan langsung menundukkan badannya berulang kali untuk meminta maaf dan langsung pergi.
Sambil membereskan belanjaan yang bererakan di lantai, pria bertubuh tinggi ini hanya menlihat langkah wanita yang saat ini berada di kasir lalu pergi. Setelah wanita itu jauh di luar pintu mauk mini market, pria yang baru mau bangkit dari jongkoknya pun tersenyum.

***

Setengah jam Ran pergi meninggalkan rumah tanpa izin orang tuanya yang sedang ayik bercengkrama dengan tamu-tamunya, akhirnya datang dan memasuki ruang tamu sambil sibuk menggeledah kantong plastic belanjaannya. Ran tetap melangkah menghampiri bundanya meki tangan masih sibuk mencari seuatu
“Bunda… Ran beli cokelat kesukaan bunda nih.” Ran berkata pada bundanya sambil menjulurkan sebatang cokelat kepada bundanya.
“Wah, makasih yah saying.” Bunda lalu menerima cokelat dari Ran.
“Loh, tante nggak di beliin juga tuh?” celetuk tante Marcia bercanda.
Ran hanya bisa tersenyum hingga semua yang ada di ruang tamupun tertawa. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu.
Ran, ada tamu tuh. Bukain pintu, gih!” Suruh bunda.
Mungkin aja itu Gara.” Tambah tante Marcia.
Ran bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu denga  rasa penasaran siapa itu Gara. Ketika pintu telah terbuka Ran mendadak menahan napas karena melihat sosok pria yang saat ini sedang berdiri di depannya. “Ka, kamu…
“Hai Ran…” Sapa pria itu.
Saat ini Ran hanya bisa menunduk malu.
Bunda Ran berkata sedikit nyaring. siapa Ran? Suruh masuk dong!
“Ayo masuk!” ajak Ran.
“Terima kasih tuan putri.”
Ran menutup pintu kemudian berjalan menuju ruang tamu di belakang tamu pria itu.
“Hai, Gara. Itu gadis yang bernama Ran. Cantik, kan?” Tanya tante Marcia pada Gara.
Sambil tersenyum pria yang baru saja mauk ke ruang tamu itupun menjawab, “iyah mi. mami nggak salah pilih.
Dalam hati Ran menggumam, jadi, pria yang aku bentur tadi, di mini market tadi adalah Gara? Harus ditaruh di mana wajahku ini? Lagi-lagi Ran hanya bisa menunduk malu.
Ran, kenalan dong!” ucap Ayah.
“Udah om. Tadi kita sempat ketemu di swalayan.” Jawab Gara.
“Wah, kebetulan sekali.” Lanjut Ayah.
“Oh iya pi, papi sama mami mau pulang kapan?” Tanya Gara pada orangtuanya.
“Pulang? Mungkin 10 menit lagi. Kenapa?” jawab om Ray
Gara masih mau disini ya.”
“Oh, ok kalau mau kamu eperti itu.” kata om Ray
Ran hanya bisa menggerutu dalam hati, ih kenapa dia ngga ikut pulang?
Ran, ajak Gara ke kolam gih. Ngobrol disana kan pasti lebih enak.” pinta bunda.
Ran menganga mendengar pinta sang bunda.
Gara mengajak Ran. “ayo. Ran!”
Ran menghampiri bundanya, “bunda apa-apaan sih? Ran bukan iti Nurbaya, bun. Ran bisa cari pria yang Ran inginkan sendiri. Ran ngga suka sama dia, bun. Bunda jahat!”
“Ram! Bunda ini orang tuamu. Bunda tahu yang terbaik untuk kamu. Bunda tahu siapa Gara.” Bentak bunda.
“Iya memang bunda tahu iapa Gara. Bunda tahu siapa orang tuanya. Tapi bunda tidak tahu apa yang bia membuat Ran bahagia.”
“Ran..” Tangan bunda hamper mendarat di pipi kanan Ran, tetapi ayah menangkisnya.
“Bunda jahat” Ran berteriak ambil menangis.
Ran berlari menuju kamarnya sambil meneteskan air mata yang saat ini udah membasahi seluruh pipinya. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang sedang terjadi. Dia hanya bisa menggerutu, dan memaki perjodohan ini. Ran berbaring di atas tempat tidurnya dan tanpa sadar, sudah satu kotak tissue dia habiskan untuk mengusap air matanya. Di pikirannya saat ini, hanya Tata yang bisa menenangkannya.
“Ta, apa yang harus aku lakukan?” Ran menangi dan menceritakan apa yang edang terjadi pada sahabatnya itu.
“Sudahlah, Ran. Semua pasti bisa diatasi kok. Aku tahu kamu bukan gadis yang mudah menyerah. Jalani aja dulu apa adanya. Biarkan waktu yang menjawab.” Naihat Tata.
“Aku ngga yakin, Ta.” Ran teru menangis.
“Aku Cuma bisa berkata, sabar ya.”


Ya Allah, apakah ini pertunjuk dariMu atas jodohku. Ataukah ini cobaan dariMu agar aku mematuhi orang tuaku? Ungguh, aku bingung ya Allah. Bantu aku mencari jalan keluarnya ya Allah.

You May Also Like

0 komentar