Perjalanan Malam 🌙

by - Senin, April 04, 2016

Sumenep - 11.15 p.m
Mobil garang dengan empat roda kekar mulai berjalan melintasi jalan aspal yang ratanya tidak sama. Geludak-geluduk. Aku benar-benar merasakan putaran ban pada porosnya tidak beraturan karena memang jalanan tidak selalu rata. Awalnya bertemu dengan perempatan pertama. Berjarak hanya 300 meter dari rumahku. Haha. Berasa seperti akan memulai balapan mobil di serial film Fast Furious. Adu cepat dengan kekuatan pergerakan angin di luar jendela. Mengantarkan aku sampai melewati Hotel Resort Musdalifah dan seterusnya..


Bluto - 11.30 p.m
Jalanan sepi. Mungkin karena makhluk sudah istirahat bertemu dengan mimpi. Bintangpun aku lihat seperti malu-malu berselimut mega mendung karena tidak tampak satupun di langit yang awalnya biru di siang hari, menjadi gelap malam ini.

Kopedi - 11.39 p.m
Jalanan masih tetapi lengang. Habya satu-dua kendaraan yang terlihat lalu lalang. Itupun kebanyakan kendaraan raksasa. Bis malam dan truk. Entah apa yang di angkut. Busnya terlihat kosong. Sedangkan truk yang aku temui seperti kelebihan muatan sampai-sampai berjalan sedikit lunglai. Mobil pribadi juga tak kalah saingan saling beradu kecepatan. Terlihat jelas mereka terburu buru dari lawan arahku. Mungkin karena sudah hampir sampai tujuan.

Parenduan - 11.43 p.m
Kecamatan yang dihunin oleh mayoritas anak pondokan terlihat lebih terang. Lampu-lampu pertokoan yang berjejer rapi di pinggir jalan menyala. Kebanyakan sudah tutup, tapi ada sedikit warung kecil yang masih menerima pelanggan. Mungkin memang biasa buka tengah malam untuk orang-orang malam. Kalau memang orang sih tidak masalah, kalau bukan orang bagaimana? Hahaha. Beda halnya dengan Masjid gema, Al Amien Putra, Al Amien Putri 1, dan Al Amien Putri TMI yang terlihat gelap gulita. Hanya lampu taman saja yang menyala. Omong-omong soal pesantren Al Amien, jadi ingat saat berniat menyambangi sahabat bersama Abang Firdaus. Sebut saja sahabat itu berinisial, Mohammad Rifqi Rahman. Gila aja, masa sudah bela-belain naik sepeda motor berdua dengan Abang, eh sampai pesantren sia-sia. Rifqi ngga muncul karena katanya masih ada acara. Huf. Akhirnya ke parenduan hanya mampir untuk beli ice cream cone di mini market depan pesantren. Waaah. Jadi kangen makan ice cream bareng Abang.

Gapura Selamat Jalan - 11.49 p.m
Akhirnya mobil kekar putihku melewati gapura yang bertuliskan selamat jalan dari Kabupaten Sumenep. Sekarang sudah melaju memasuki Kabupaten Pamekasan.

Kota Pamekasan - 11.59 p.m
Memasuki Kecamatan Kota Pamekasan aku diguyur gerimis. Rintik-rintik. Dan hanya numpang lewat saja. Mungkin hujan pun ingin menyapa. Seakan-akan mengucapkan 'Selamat datang di Kabupaten Pamekasan'. Ya, benar saja. Gerimisnya hanya berkisar 25 meter dari pertigaan masuk Kota Pamekasan.

Perbatasan Pamekasan Sampang - 12.10 a.m
Hei. Baru saja aku melewati kapal yang berlayar di daratan. Bukan kapal biasa. Ini kapal yang sudah bersandar sejak lama, mungkin sekitar tujuh atau delapan tahun lalu atau mungkin lebih. Lampu kapalnya menyala. Terang sekali. Tapi tidak ada satupun awak kapal yang menghuni. Sebuah hotel mewah di pinggi jalan raya berbentuk kapal yang aku maksud. Bukan kapal mesin kecil. Hehe.

Jalan Raya Camplong - 12.20 a.m
Aku sedikit heran, tengah malam begini kenapa masih ada saja pengendara sepeda motor yang masih seliweran. Mau kemana dan dari mana sebenarnya? Jarang beberapa meter saja, aku lihat ada satu warung kecil yang masii buka di pinggir kiri jalan. Apa mungkin pengendara sepeda motor tadi baru selesai mampir di warung itu? Karena aku lihat warung kecil itu masih ramai pelanggan. Aku juga sudah pernah mampir di warung itu beberapa waktu lalu. Warung yang menjual 'Nase' Kobel' begitu sebutan makanan yang dijual. Nasi nya biasa saja. Hanya porsinya banyak. Dilengkapi lauk ikan tongkol dan abon ikan. Ya, hanya ikan. Karena memang daerah tempat warung ini adalah daerah yang berbatasan langsung dengan lait lepas. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Jadi banyak sekali olahan ikan di daerah ini, termasuk 'nase' kobel' yang bukanya hanya saat malam hari sampai subuh.

Kota Sampang - 12.26 a.m
Alun-alun Kecamatan Kota Sampang masih berpenghuni. Ada lima kios kecil yang berjualan kopi dan rokok. Dan ada satu mobil yang sedang parkir di sana. Sudah larut masih saja ada yang nongkrong. Entah mereka lupa rumah, atau memang belum merasa bahwa saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk pulang ke rumah. Rumahnya sudah kangen, Pak, Bu!

Perbatasan Sampang Bangkalan - 12.32 a.m
Naaaaahhh.. Ini yang aku tunggu. Dengan di latari pemandangan malam, langit gelap yang sesekali terang karena kilatan cahaya petir, aku ikut beradu kecepatan dengan truk truk pengangkut barang. Ada yang mengalah, ada yang tidak. Dengan kecepatan 80 km/jam mobilku mampu dengan mudah menyalip truk besar itu. Badanku ikut bergoyang kanan kiri. Mengikuti irama bantingan setir dan arah berjalannya ban mobil. Eh, tunggu. Itu ada taksi biru asal Surabaya. Wah, banyak uang sekali penumpangnya. Yang pasti menaiki taksi mulai dari Surabaya sampai Sampang. Itupun kalau berhenti sampai Sampang. Kalau sampai Sumenep, berarti benar benar orang kaya. Hahaha.
Perjalanan masih panjang. Tapi aku butuh istirahat. Jadi, aku sudahi juga tulisan kali ini.

Good Night. Safe drive for me. 🌙
INDAH SAFARINA

You May Also Like

0 komentar