A K U , S A H A B A T K U

by - Kamis, April 07, 2016

A K U , S A H A B A T K U

Terjadi sebuah percakapan singkat yang pada akhirnya menghasilkan sebuah konklusi untuk menulis tentang Aku. Entah 'aku' merujuk pada siapa. Dia, atau aku. Aku, diriku atau dirinya. Haha. Lupakan.

Pada dasarnya manusia memang terlahir kosong. Tanpa pikiran, tanpa masalah, dan tanpa busana. Meski sebenarnya manusia telah mendatangi sebuah perjanjian mengenai kontrak hidup selama di dunia, tapi semua seolah sirna. Manusia tak ingat isi perjanjiannya. Kalau ingat, kenapa sampai sekarang banyak manusia yang bertanya tanya siapa jodohnya? Kenapa sampai sekarang banyak manusia yang kewalahan dengan harta? Dan kenapa sampai sekarang soal kematian menjadi hal yang tabuh. Baiklah. Simpan tiga hal ini untuk aku bahas selanjutnya.

Kalau aku perhatikan sebuah kursi kosong, entah dimanapun itu, dia akan tetap pada posisinya sampai ada yang menduduki. Dan keadaan kursi itupun akan tergantung pada siapa yang menduduki. Kalau yang duduk adalah manusia yang hyperactive tentu kursinya akan berpindah-pindah. Miring sana, miring sini. Beda halnya dengan si empunya kursi adalah orang yang cenderung kurang aktif atau bisa dikatakan pendiam, kursi itu kemungkinan besar akan tetap pada posisinya.

Sama seperti sahabat. Aku punya banyak sahabat. Ya, kebanyakan sih sudah menghilang. Aku mau membahas salah satu sahabat saja ya. Anggap saja namanya...emm...siapa ya...hahaha... Anggap namanya 'Ulat'. Gapapalah ya agak menjijikkan sedikit.

Ulat. Sahabat lawas. Awalnya aku sama sekali tidak mengenal dia. Ya semua orang berawal dari ketidak kenalan, kan. Ada angin yang membawa dia semakin dekat. Bercerita ini itu, bertanya ini itu, berbagi ini itu, sampai berjanji ini itu yang susah sekali untuk saling menepati. Ya itulah sahabat. Tapi kalau ujung-ujungnya susah untuk diajak kompromi atau malah bikin masalahku dengan Abang jadi tambah riweuh kan sahabat itu bisa jadi musuh, ya?

Abang sering bilang, "Cari temen, cari sahabat itu yang baik. Jangan sampai mempengaruhi kamu untuk berbuat yang tidak baik."
Abang juga pernah menasehati, "Sahabat yang sudah kelihatan buruknya, cukup di hargai saja sebagai teman. Tapi jangan dituruti kemauannya."
Sampai suatu saat Abang pernah memberi contoh sahabat yang baik itu seperti sahabatnya, sebut merek saja, namanya M. Rifqi Rahman.

Rifqi Rahman dan Firdaus Fatahillah.

Aku berkaca pasa kisah persahabatan mereka berdua yang masih awet sampai saat ini. Imbasnya baik. Bukan hanya mereka, tapi juga orang tua mereka yang dekat layaknya saudara. Entah apa yang bisa membuat mereka begini. Singkat cerita mereka adalah sepasang sahabat yang saling mengerti.

Suatu ketika aku bertemu dengan Rifqi. Saat itu aku ingat, Abang sedang sakit sekitar 5 tahun lalu. Aku yang sudah berkewajiban menjenguk, dengan sedikit disengaja karena waktu itu memang ada rencana untuk bertemu bertiga, akhirnya aku bertemu Rifqi. Singkat cerita ada kesalah pahaman yang membuat aku berselisih dengan Abang karena aku terlalu cepat akrab dengan Rifqi yang posisinya adalah seorang laki-laki. (Biasalah Abang kan takut kehilangan aku. Hahaha)

Pertemuan keduaku dengan sepasang sahabat ini rencananya akan berlangsung di Pondok Pesantren Al Amien Sumenep. Seperti yang sudah aku ceritakan di entri sebelumnya, Abang mengajakku untuk menemui sahabatnya yang saat itu masih menjadi seorang santri di ponpes Al Amien. Perjalanan cukup jauh dengan mengendarai sepeda motor. Sampai di lokasi, ternyata si Rifqi mendadak membatalkan pertemuan. Kebayang dong panasnya gimana. Ya, aku ambil hikmahnya aja, aku bisa jalan berdua dengan Abang. Yeah. 😍

Sempat tidak ada kabar, sempat hilang kontak juga, sekitar tiga tahun setelah itu, Rifqi sempat menghubungi Abang yang berujung Abang memberikan nomerku pada Rifqi. Abang ini termasuk tipe laki-laki yang professional. Saat memang harus memaafkan, ya dimaafkan. Dan abang melupakan kejadian masa lalu yang pernah berselisih paham. Namun, aku tetap menjaga diri. Meski aku punya kontak si Rifqi, aku sama sekali tidak pernah menghubunginya karena alasan aku menjaga hati dan perasaan si Abang.

Pernah suatu hari di Surabaya, Abang menemui Rifqi yang sedang menginap di Asrama Haji Sukolilo. Ada acara katanya di Surabaya. Ya, aku persilahkan aja. Toh kasian sepasang sahabat ini sudah jarang bertemu saat Abang harus pergi kuliah di Kediri. Cuma saat itu aku tidak ikut menemui Rifqi.

Sampai akhirnya aku bertemu Rifqi lagi bulan februari lalu. Pertemuannya tidak disengaja. Dia datang ke Hotelku karena kepentingannya sendiri. Jujur, aku sempat lupa wajahnya. Sempat lupa kalau itu Rifqi. Bagaimana tidak, terakhir aku bertemu dia 5 tahun lalu. Pertemuan tidak sengaja yang singkat itu diakhiri dengan ajakanku untuk mentraktir dia makan dan minum kopi di hotelku saat Abang sedang liburan di Sumenep.

Sampailah saat yang aku janjikan. Aku, Abang, Rifqi. Bertemu bertiga mengobrol, bercanda, sampai berfoto. Dua minggu setelahnya, kita bertemu lagi bertiga di Surabaya. Menghabiskan hari Minggu bersama seharian.

Inti dari tulisan ini sebenarnya adalah bagaimana sepasang sahabat seharusnya saling menjaga perasaan. Abang dan Rifqi bisa di bilang sahabat sejak mereka kecil. Sama seperti kursi kosong. Abang bersahabat dengan orang yang tepat sehingga sampai sekarang sifat dan sikap abang tetap baik, begini saja dari sejak zaman dulu aku bertemu pertama kali. Romantis dan baik dengan gayanya yang khas seorang Firdaus Fatahillah.

Jadiiiii...... Buat semua sahabatku, mantan sahabatku, atau yang mencoba untuk menjadi sahabatku, eits berlaku juga untuk sahabat dari sahabat di seluruh dunia, Jangan pernah jadi sahabat yang munafik. Gunakan kursi kosong dengan baik. Niscaya kursi yang kamu gunakan akan menjadikan kamu nyaman untuk berlama lama menggunakannya.

Jangan pernah menghubungi seperlunya saja, kalau sudah tidak perlu di buang, ditelanjarkan, bahkan di gunjing sana sini. Berkacalah pada orang lain yang memang membawa kebaikan.

Untuk saat ini, aku sudah memutuskan untuk tidak bersahabat dengan siapapun. Aku anggap semua biasa saja. Karena sebaik-baiknya sahabat adalah diri kita sendiri. Dan sebaik-baiknya sahabat adalah pasangan hidup yang mengerti kita apa adanya.

Attention untuk semua sahabat. Jaga sahabatmu. Karena sahabat yang baik akan membawa kebaikan.

Warmest Regard,
INDAH SAFARINA
👯

You May Also Like

0 komentar