The End of a Miracle

by - Jumat, Maret 29, 2013


Saat Ran mengerti apa itu cinta, dan mungkin Ran sudah menemukan siapa cinta Ran sesungguhnya, nggak pernah Ran berfikir, kalo Ran harus bisa melepas semuanya dengan tangan terbuka. Makasih semua, udah ngajarin Ran tentang indahnya cinta. Ran janji, suatu saat nanti, Ran akan kembali ke tengah tengah kalian. Tidak Ken, tidak Gara, dan tidak Yoga. Ran pergi, tanpa menggandeng cinta dari seorang lelaki. Tapi kini Ran mengerti. A Miracle of Hana, adalah cinta yang Ran rasakan pada Yoga, yang sampai saat ini belum bisa terungkap. Namun Ran janji, suatu saat nanti, Ran akan menjemput keajaiban itu tanpa Yoga tahu, agar Yoga bisa mengerti, bahwa Ran juga sangat mencintai Yoga. Ran pasti kembali” –Ran.




Sederet kalimat itu, menjadi deretan kalimat yang mengakhiri cerita cinta antara Ran dan mantan sahabatnya, Yoga. kepergian Ran yang sampai saat ini belum jelas kemana langkahnya memang sanga membuat banyak orang bertanya-tanya, dimana sebenarnya keberadaan Ran? Dan bagaimana pula kabarnya? Ya benar. Ran memang menghilang. Dan aku memang sengaja membuat Ran menghilang dari semua pandangan dan ilusi semua pembaca. Looh, kenapa?
Cinta pertama dan nyaris menjadi cinta terakhir untuk selamanya. Itu alasan yang membuat aku sudah tidak bisa lagi menulis dan melanjutkan novel yang memang benar adanya dari pengalamnku di masa lalu. Sosok Yoga memang persis seperti apa yang aku gambarkan dalam novel. Ya karena aku tidak sanggup mengulang semua kenangan itu.
12 Februari, entah pada tahun berapa. Mungkin seingatku, tahun 2008, aku memang memulai kehidupan bersama dia. Dan ya tidak dapat dipungkiri, hari-hariku indah, jauh lebih indah dari namaku. Tanpa satu perselisihan yang mendalam, dan tiada hari tanpa kata-kata juga tingkah romantisnya untukku. Ah.. hidup.. Okay forget it. Aku tidak sedang ingin membicarakan masa laluku.
To the point, sebenarnya apa sih itu cinta pertama, dan apa sih itu cinta terakhir untuk selamanya? Jawabannya sederhana. Cinta manusia kepada Tuhannya, adalah satu-satunya cinta pertama, terkhir, dan yang paling abadi. Seharusnya sih begitu. tapi kalau dari kacamata “ababil” alias ABG labil, cinta sejati adalah “kamu”. Ih siapa yang ditunjuk ya? Haha..
Cinta pertama adalah cinta kita pada seseorang yang pertama kali kita rasakan dan berikan. Cinta pertama belum tentu orang yang menjadi teman atau kekasih kita yang pertama kali loh. Cinta pertama itu mmm.. jauh lebih berkesan ya menurutku. Karena kenapa? Cinta pertama itu belum tentu ada untuk kedua kalinya. Kalau ada untuk kedua kalinya, itu namanya bukan cinta pertama, tetapi cinta kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Tapi cinta pertama juga belum tentu akan menjadi cinta terakhir dan untuk selamanya loh. Karena cinta terakhir biasanya perlu pertimbangan dari berbagai sisi, karena itu yang akan membawa kita ke jalan yang lebih baik kedepannya. Itupun kalau kita tidak salah pilih. Kalau salah pilih, yang kita anggap adalah jodoh dari Tuhan nantinya malah akan menjadi benalu untuk kehidupan kita. Dan kalau sudah terjadi, hati-hati saja, Allah sangat memurkai orang-orang yang mengakhiri hubungan dengan cara perceraian.
Sekarang, aku mau menanggapi pertanyaan yang hilir mudik menghampiri telingaku. Tapi kenapa bisa kamu berakhir dengan dia? Wah pertanyaan itu sudah ribuan kali aku dengar. Dan jawabannya hanya satu. Aku sudah tidak memiliki kecocokan dengan dia. Ada yang Tanya lagi, kenapa bisa? Ya semua bisa saja terjadi kalau semua sudah tidak bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Padahal kamu sama dia tidak pernah berselisih? Siapa yang tahu kita tidak pernah berselisih? Kita sering cekcok kok. Hanya saja, semua diselesaikan saat itu juga. Jadi masalah tidak merembet kemana-mana. Dan masalah tidak akan dibahas di kemudian hari. Loh cekcok seperti apa? ya cekcok karena masalah kecil saja sih. Dan tidak pernah akan diperpanjang. Contohnya? Halah mau tau aja urusan orang lain. Sudahlah pokoknya intinya aku sudah tidak bersama dia lagi, dan aku sudah tidak pernah menghubungi dia lagi.
Pacaran dengan waktu yang lama, tidak akan menjamin kelanggengan cinta di masa depan. Beda dengan ta’aruf. Meski berlama-lama, tapi di antara dua pihak sudah menyepakati kapan waktu yang tepat untuk menyelesaikan kesendirian. (Ustad Felix Siauw) Jadi tidak akan timbul fitnah. Eits, tapi jangan terlalu lama juga, agar tidak terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan. Semoga saja orang yang ada di hatiku saat ini bisa menerima apa yang aku tulis, dan tidak terlalu mengecewakan dia karena sesungguhnya aku menulis artikel inihanya untuk meluapkan apa yang ada di hatiku. Dan semoga saja dia yang dihatiku saat ini mau cepat-cepat meminangku meski hanya dengan bismillah di hadapan kedua orang tuaku. Amiin.

You May Also Like

0 komentar